Ketua Pelaksana Rizky Rahman menyampaikan permohonan maaf dan menjelaskan bahwa persoalan terjadi akibat kendala teknis dalam rekapitulasi data oleh tim IT. Ia menyebut adanya atlet yang tercatat juara karena tidak memiliki lawan tanding, sehingga terjadi kekeliruan pendataan.
Selain itu, panitia juga mengakui adanya kesalahan distribusi logistik medali. Medali emas disebut mengalami kekurangan, sementara medali perak justru kelebihan pengiriman.
Panitia mengklaim telah mengumumkan hal tersebut melalui grup peserta dan meminta atlet datang langsung ke sekretariat untuk penyelesaian.
Namun demikian, sejumlah peserta menilai klarifikasi tersebut belum cukup. Mereka mendorong adanya penjelasan resmi secara terbuka, termasuk tenggat waktu yang jelas terkait penyerahan medali dan tabanas.
Bahkan, muncul desakan agar induk organisasi melakukan evaluasi menyeluruh terhadap panitia dan sistem pelaksanaan kejuaraan.
Kasus ini menjadi catatan penting bagi dunia olahraga daerah. Kejuaraan yang seharusnya melahirkan prestasi dan kebanggaan justru berpotensi merusak kepercayaan atlet dan orang tua jika tata kelola tidak dibenahi. Transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme dinilai mutlak diperlukan agar kejuaraan serupa ke depan benar-benar menjadi ruang pembinaan, bukan sumber kekecewaan.