SUNGAI PENUH, MATAJAMBI.COM – Kejuaraan Pencak Silat Wali Kota Cup Sungai Penuh I yang diharapkan menjadi panggung pembinaan C muda justru menyisakan polemik serius.
Sejumlah pesilat peraih juara dilaporkan belum menerima medali dan uang pembinaan meski turnamen telah resmi berakhir.
Keluhan mulai ramai disuarakan tak lama setelah partai final selesai digelar. Para atlet dan orang tua mengaku kecewa karena hak yang dijanjikan sejak awal pendaftaran belum juga direalisasikan.
Padahal, setiap peserta dikenakan biaya pendaftaran sekitar Rp250 ribu, angka yang dinilai cukup besar bagi sebagian atlet daerah.
Turnamen ini diikuti ratusan atlet dari berbagai wilayah, tidak hanya dari Kota Sungai Penuh, tetapi juga dari Kabupaten Merangin, Kerinci, Tebo, hingga daerah luar provinsi seperti Dharmasraya dan Pesisir Selatan.
Luasnya cakupan peserta membuat persoalan ini menjadi perhatian lintas daerah.
Sejumlah orang tua atlet menilai kejadian ini berdampak langsung pada psikologis anak-anak mereka. Atlet yang telah berlatih berbulan-bulan dan berhasil naik podium justru pulang tanpa kepastian penghargaan. Kondisi tersebut dinilai dapat menurunkan motivasi atlet muda dalam menekuni pencak silat sebagai olahraga prestasi.
Salah satu atlet berprestasi, Muhammad Iqram, yang turun di kategori Seni Tunggal Pra Remaja Dini dan Laga Pra Remaja, bahkan berhasil meraih dua medali emas.
Namun hingga beberapa hari pasca penutupan, ia belum menerima medali secara fisik. Kasus ini memperkuat anggapan bahwa permasalahan bukan bersifat insidental, melainkan menyangkut manajemen pelaksanaan.
Ironisnya, kejuaraan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Sungai Penuh dan ditutup oleh Ketua IPSI Kota Sungai Penuh yang juga menjabat sebagai pengurus KONI Kota Sungai Penuh.
Fakta tersebut membuat publik mempertanyakan standar profesionalisme dan pengawasan dalam penyelenggaraan event olahraga resmi.