Selain menabrak keramba, tongkang batubara sebelumnya juga tercatat pernah menyebabkan kerusakan di titik penting seperti Jembatan Gentala Arasy dan Jembatan Batanghari 1, menambah deretan catatan hitam dari aktivitas ini.
Di tengah gejolak tersebut, warga menyampaikan harapan agar Gubernur Jambi turun langsung ke lapangan untuk menyaksikan kondisi warganya yang terdampak.
“Jangan cuma datang pas kampanye, habis itu hilang. Sekarang kami minta solusi konkret,” ujar Datuk Rasyid, tokoh masyarakat setempat.
Baca Juga: Erick Thohir Rayakan Ultah ke-55 Bersama Timnas Indonesia di Bali, Janji Hadiah Kemenangan Lawan China
Di hari yang sama, kecelakaan tragis terjadi di Jalan Jambi-Muarasabak, tepatnya di Desa Niaso, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, pada Jumat (30/5/2025) pukul 04.30 WIB. Kecelakaan ini melibatkan tiga kendaraan: truk Colt Diesel bermuatan batubara, Toyota Kijang Innova, dan satu unit mobil pick up.
Korban meninggal dunia adalah M Rinaldo Zainal (30), seorang ASN asal Tanjab Timur, yang saat itu menjadi penumpang di Toyota Kijang Innova. Ia meninggal seketika di lokasi kejadian.
Menurut keterangan pihak kepolisian, truk batubara yang dikemudikan Mahfuz Idris (50) mogok dan berhenti di badan jalan tanpa memberi tanda peringatan. Toyota Innova yang dikendarai Riski Harnando (34) tidak sempat menghindar dan menabrak bagian belakang truk. Mobil pick up yang dikemudikan Gunawan Hutagalung (28) juga ikut terlibat dalam kecelakaan tersebut.
“Satu orang dinyatakan meninggal dunia akibat insiden ini,” ungkap Kasi Humas Polres Muaro Jambi, AKP Saaluddin.
Baca Juga: Bupati Muaro Jambi Hadiri Munas APKASI VI, Tegaskan Komitmen Daerah Dukung Indonesia Emas 2045
Tragedi ini menambah daftar panjang dampak negatif dari aktivitas batubara, baik di jalur darat maupun sungai. Masyarakat kini menuntut evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan transportasi batubara, demi menjamin keselamatan dan kesejahteraan warga yang tinggal di sekitar jalur distribusi.