Dikenal sebagai "hormon cinta", oksitosin dilepaskan saat terjadi kontak fisik seperti berpelukan, bergandengan tangan, atau mencium pasangan. Zat ini memperkuat ikatan emosional dan membangun rasa percaya, membuat seseorang merasa lebih dekat dan nyaman dengan orang yang dicintai.
3. Serotonin: Mengapa Cinta Bisa Jadi Obsesif
Saat jatuh cinta, kadar serotonin dalam tubuh cenderung menurun, yang menyebabkan seseorang terus-menerus memikirkan pasangan mereka. Fenomena ini menjelaskan mengapa orang yang sedang jatuh cinta sering kali sulit mengalihkan perhatian dari pasangannya dan ingin selalu bersama mereka.
Baca Juga: Era Digital Kian Berkembang Pesat, Data Analyst Unggulan Makin Dicari: Yuk, Tambah Wawasan di Bootcamp Excel DQLab!
4. Adrenalin: Sensasi Jantung Berdebar dan Kegembiraan
Pernahkah Anda merasa gugup atau bersemangat saat melihat orang yang Anda sukai? Itu karena hormon adrenalin dilepaskan saat seseorang tertarik pada seseorang.
                        
            
            
            
Hormon ini meningkatkan detak jantung, menyebabkan telapak tangan berkeringat, dan membuat seseorang merasa lebih waspada serta energik.
Cinta Mengubah Cara Otak Bekerja
Baca Juga: Ditahan 3 Bulan, Tom Lembong Protes Keras! Ada Kejanggalan di Kasus Impor Gula?
Tidak hanya sekadar melepaskan bahan kimia tertentu, jatuh cinta juga secara fisik mengubah fungsi otak. Berikut ini beberapa perubahan yang terjadi:
1. Fokus pada Pasangan Jadi Lebih Besar
Saat jatuh cinta, otak mengaktifkan area yang berhubungan dengan perhatian dan motivasi. Akibatnya, seseorang menjadi sangat tertarik pada pasangannya, ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka, dan selalu berusaha membuat mereka bahagia.