Narkoba tidak hanya menghancurkan individu, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Ketika seorang pemimpin terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, dampaknya lebih luas daripada sekadar persoalan pribadi. Ia menjadi simbol kegagalan sistem politik dan sosial yang seharusnya menjaga moralitas dan integritas publik. Masyarakat kehilangan kepercayaan, sementara kehormatan lembaga yang diwakili oleh pemimpin tersebut ternoda.
Pemimpin bukan sekadar sosok yang berkuasa, tetapi cerminan dari harapan dan kepercayaan rakyat. Dalam dunia yang penuh tantangan ini, bangsa kita membutuhkan figur-figur yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki moralitas yang tak tercela. Narkoba menghancurkan bukan hanya individu, tetapi juga menghancurkan kepercayaan publik terhadap sistem politik dan pemerintahan.
                        
            
            
            
 Seorang pemimpin yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba telah kehilangan legitimasi untuk memimpin, karena dia gagal menjadi teladan bagi masyarakat yang dia pimpin. Oleh karena itu, kita harus tegas menolak calon pemimpin yang pernah terjerat narkoba. Integritas moral dan etika adalah fondasi dari kepemimpinan yang sejati.
Jika kita ingin membangun masa depan yang lebih baik, kita harus memastikan bahwa mereka yang memegang kendali adalah orang-orang yang benar-benar bersih, bebas dari pengaruh buruk, dan berkomitmen penuh untuk melayani rakyat dengan hati nurani yang tulus. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang mampu menginspirasi, bukan yang membawa kehancuran. Memilih pemimpin yang bebas dari narkoba bukanlah pilihan, tetapi kewajiban demi masa depan yang lebih bermartabat dan adil bagi kita semua.*