MATAJAMBI.COM - Hidrasi memiliki peran penting dalam menjaga fungsi tubuh tetap optimal. Meski begitu, banyak anggapan mengenai jumlah air yang harus diminum setiap hari justru menimbulkan kebingungan. Pada kenyataannya, kebutuhan cairan setiap orang berbeda dan dipengaruhi oleh usia, aktivitas harian, kondisi lingkungan, serta kesehatan secara keseluruhan.
Memahami bagaimana tubuh mengatur keseimbangan cairan, berapa kebutuhan air per hari yang realistis, serta mengenali tanda kekurangan cairan dapat membantu membangun kebiasaan minum yang lebih sehat dan berdampak positif bagi kesejahteraan jangka panjang.
Salah satu anggapan paling populer adalah keyakinan bahwa setiap orang wajib minum delapan gelas air setiap hari. Panduan ini terlalu menyederhanakan kebutuhan hidrasi dan tidak mempertimbangkan perbedaan kondisi tiap individu. Faktor seperti berat badan, aktivitas fisik, suhu lingkungan, dan kondisi kesehatan sangat menentukan kebutuhan cairan harian.
Ada pula anggapan bahwa minum hanya saat merasa haus tidak cukup. Faktanya, rasa haus merupakan sinyal alami tubuh yang menandakan kebutuhan cairan awal dan mendorong seseorang untuk minum sebelum dehidrasi memburuk.
Sebaliknya, keyakinan bahwa minum air sebanyak mungkin selalu menyehatkan justru keliru. Konsumsi air berlebihan dapat memicu gangguan keseimbangan elektrolit seperti hiponatremia, sebagaimana dijelaskan oleh Mayo Clinic.
Kesalahpahaman lain menyebutkan bahwa makanan saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan cairan. Meski buah dan sayuran yang kaya air menyumbang sebagian asupan cairan, jumlah tersebut umumnya belum cukup tanpa disertai kebiasaan minum air secara teratur sepanjang hari.
Tidak ada angka tunggal yang berlaku untuk semua orang. Namun, panduan kesehatan umum menyebutkan bahwa pria dewasa memerlukan sekitar 3,7 liter cairan per hari, sementara wanita membutuhkan sekitar 2,7 liter. Jumlah ini sudah mencakup cairan dari minuman dan makanan.Kondisi lingkungan sangat memengaruhi kebutuhan tersebut. Cuaca panas dan lembap meningkatkan pengeluaran cairan melalui keringat. Aktivitas fisik berat, terutama olahraga intens, juga menuntut asupan air tambahan. Menurut World Health Organization, kondisi kesehatan seperti demam, muntah, diare, serta penggunaan obat tertentu dapat meningkatkan kehilangan cairan sehingga kebutuhan hidrasi perlu disesuaikan secara individual.
Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang masuk, sehingga fungsi fisiologis terganggu. Tanda awal biasanya berupa rasa haus, mulut kering, frekuensi buang air kecil menurun, serta warna urine menjadi lebih gelap.
Jika kondisi ini berlanjut, gejala dapat berkembang menjadi sakit kepala, kram otot, pusing, kulit terasa kering atau dingin, dan kelelahan. Pada tingkat yang lebih berat, dehidrasi dapat menyebabkan detak jantung cepat, kebingungan, mata cekung, hingga penurunan kesadaran.
Kelompok tertentu seperti lansia, bayi, anak kecil, serta penderita penyakit kronis lebih rentan mengalami dehidrasi. Pemantauan dini dan peningkatan asupan cairan sangat penting, terutama saat cuaca panas, sakit, atau melakukan aktivitas fisik berat.
Menjaga hidrasi sebaiknya dilakukan dengan minum air secara bertahap dan konsisten sepanjang hari, bukan dalam jumlah besar sekaligus. Cara ini membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan secara lebih efektif.