Pada tahun 2022, ia menjadi pusat perdebatan setelah psikiater Universitas Columbia, Jeffrey Lieberman, menyebutnya sebagai “fenomena aneh” dalam sebuah cuitan yang kini telah dihapus. Pernyataan rasis tersebut memicu kecaman luas, yang akhirnya berujung pada skorsing Lieberman dari berbagai posisi akademiknya.
Alih-alih menyerah pada tekanan dan standar kecantikan konvensional, Nyakim justru semakin bangga dengan kecantikannya.
Ia membuktikan bahwa warna kulit bukanlah penghalang untuk bersinar. Kini, ia menjadi inspirasi bagi banyak orang berkulit gelap di seluruh dunia dan membuktikan bahwa kecantikan hadir dalam berbagai nuansa.
Bukan rahasia lagi bahwa industri fashion dan kecantikan cenderung lebih memprioritaskan individu dengan warna kulit lebih terang.
Baca Juga: Sempat Bikin Heboh! Pengumuman Sidang Isbat 1 Ramadhan Terlambat, Ini Penjelasan Kemenag
Hal ini terlihat dari fakta bahwa meskipun popularitasnya terus meningkat, Nyakim belum mendapatkan kontrak dari agensi modeling utama. Banyak rumah mode besar masih membatasi keberagaman dengan hanya memilih satu model berkulit gelap dalam setiap agensi.
Warna kulit gelap biasanya memiliki kadar melanin yang tinggi—pigmen yang bertanggung jawab atas warna kulit. Melanin yang kaya dalam kulit Nyakim tidak hanya menjadi ciri khasnya tetapi juga membawanya ke pengakuan internasional.
Namun, lebih dari sekadar warna kulit, Nyakim adalah suara bagi mereka yang sering kali merasa terpinggirkan dalam standar kecantikan yang lebih mengutamakan kulit terang.
Tanpa gentar, Nyakim terus menantang standar kecantikan yang usang melalui karyanya. Ia membuktikan bahwa melanin adalah simbol kekuatan, keindahan, dan sesuatu yang pantas untuk dirayakan.
Baca Juga: Danau Misterius Ini Bisa Mengubah Hewan Jadi Batu! Mitos atau Fakta?
Ia secara aktif mengadvokasi perlawanan terhadap diskriminasi warna kulit dan menginspirasi banyak gadis muda untuk menerima diri mereka apa adanya.